Rabu, 30 September 2015

Perjuangan Artis Rima Melati Melawan Kanken Payudara Hingga Sembuh

Kisah Bagaimana Aktris Rima Melati Mengobati Kanken Payudara Hingga Sembuh

Rima Melati Melawan Kanken Payudara Hingga Sembuh
Rima Melati Melawan Kanken Payudara Hingga Sembuh

 
Untuk anda penikmat film tahun 70 – 90an pasti kenal siapa Rima Melati, beliau adalah aktris papan atas di zaman itu. Hampir setiap film menggunakan aktris ini, karena memang dikenal dengan kemampuan aktingnya yang luar biasa. Beliau juga merupakan istri dari aktor papan atas di zamanya. Yaitu Frans Tumbuan. Rima pernah meraih Piala Citra juga pada Festival Film Indonesia tahun 1973 dalam kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam film Intan Berduri bersama Benyamin Sueb yang memperoleh penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film yang sama.
Siapa sangka artis ini pernah terkena kanker payudara di masa lalunya. Ini membuktikan penyakin kanker payudara tidak pilih kasih. Siapapun dan dari kalangan manapun dapat terkena penyakit ini


Jadi mulai saat ini biasakan rutin memeriksakan salah satu aset berharga kaum perempuan ini. Karena lebih baik mencegah dari pada mengobati
 

Meski mengundang kematian dengan angka yang cukup tinggi, namun tidak semua perempuan gentar menghadapi penyakit kanker payudara. Salah satunya adalah artis Rima Melati yang bersemangat tinggi untuk tetap hidup setelah divonis kanker ganas saat usianya menginjak 50 tahun. Meski terserang kanker payudara stadium lanjut, bintang film kawakan ini berhasil sembuh dan kembali sehat. Kisah hidupnya inilah yang kini dikampanyekan pada masyarakat agar selalu waspada terhadap penyakit kanker.

Berbalut pakaian semi kebaya berwarna merah muda dan rok panjang bermotif batik, Rima Melati hadir di tengah masyarakat Kota Solo di acara seminar Waspada Bahaya Kanker pada Wanita yang digelar oleh Rumah Sakit Dr Oen Surakarta beberapa waktu lalu. Perempuan yang 22 Agustus tahun lalu genap berusia 70 tahun ini tampak selalu tersenyum di hadapan peserta dengan wajahnya yang masih terlihat segar. Pada kesempatan itu Rima bercerita panjang lebar perjalanan hidupnya mulai dari awal terserang kanker payudara hingga akhir penyakit itu hilang dari tubuhnya.
“Sebelum terkena kanker payudara, saat berusia 42 tahun saya pernah terkena kanker usus besar,” jelas Rima mengawali cerita. Namun, karena penyakit ini memiliki gejala yang bisa dirasakan, segera diketahuinya yang kemudian dilakukan operasi. Setelah sembuh, Rima kemudian kembali kepada kesibukannya sebagai seorang pemain film dengan jadwal syuting yang cukup padat. Pola hidupnya pun menjadi tidak teratur, seperti tidur yang kurang, makan serba siap saji, olahraga tidak teratur, dan lainnya.

Rima melati berhasil sembuh dari kanker payudara
Rima melati berhasil sembuh dari kanker payudara

Menurut Rima life style (gaya hidup) selama bertahun-tahun yang tidak sehat tersebut adalah salah satu faktor pemicu munculnya sel kanker yang menyerang payudaranya. Awalnya, Rima merasa tidak ada yang aneh dengan payudaranya, hingga suatu ketika merasakan ada sebuah benjolan kecil. Namun karena pada benjolan itu tidak sakit maupun nyeri, artis yang pernah menyabet berbagai penghargaan di dunia perfilman ini tak bercerita pada orang lain. “Ketika mengetahui adanya benjolan di payudara tidak ada hal yang saya lakukan selain membiarkannya. Karena pada saat itu informasi tentang kanker payudara masih sangat sedikit,” jelasnya.
Ketika pada akhirnya benjolan tersebut semakin membesar, Rima kemudian memberanikan diri bertanya kepada temannya yang kebetulan seorang dokter. Beberapa saat setelah diperiksa, kontan temannya tersebut marah karena benjolan yang ada sudah cukup besar. “Karena saya juga tidak tahu apa-apa, saya balik marah ke dia,” ujarnya.
Saat itu pula Rima diimbau untuk datang ke klinik dokter tersebut untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Namun, lagi-lagi karena dirinya tidak begitu memperhatikan dampak yang sangat fatal atas benjolan tersebut, pemeriksaan urung dilakukan.
Sudah Terlambat   
Beberapa hari kemudian Rima pun akhirnya bercerita pada suaminya, Frans Tumbuan perihal benjolan itu. Kontan, sang suami kaget dan marah, sama seperti yang dilakukan rekannya. Akhirnya Rima ditemani suami memeriksakan diri ke dokter yang kemudian dilakukan mamografi (pemeriksaan kelenjar payudara dengan sinar X). Dokter yang memeriksa Rima saat itu hanya terdiam, dan tidak berani menatap mata Rima, hingga kemudian sang dokter menjelaskan hasilnya sang suami. “Akhirnya saya pun mengetahui bahwa saya divonis kanker payudara dengan stadium lanjut, seketika itu juga yang terbayang adalah kematian,” kenang Rima.
Dikatakannya, saat divonis positif terkena kanker payudara sudah dalam keadaan terlambat sehingga payudaranya harus diangkat. Rima mengisahkan, semangat untuk tetap bertahan hiduplah yang membuatnya terus mencari usaha terbaik agar dapat tetap menghabiskan waktu bersama orang-orang yang dicintai. 

Karena masih terbatasnya alat operasi di Tanah Air, saat itu dokter menyarankan agar Rima terbang ke Belanda untuk melakukan pengobatan. Di negeri Kincir Angin tersebut, operasi dilakukan dengan mengangkat separuh bagian payudara yang ditumbuhi sel-sel kanker. Pascaoperasi, beragam pengobatan pun dilakukan mulai dari terapi radiologi hingga puluhan kali kemoterapi.

“Saat dikemoterapi, seluruh badan terasa sakit yang luar biasa, perut mual hingga rambut mengalami kerontokan. Tetapi karena selalu terbayang anak-anak dan keluarga, saya tetap harus fight (berjuang) dengan kondisi ini dan saya harus sembuh,” terang Rima yang juga mengaku pernah menjadi pecandu rokok. Karena semangatnya itulah akhirnya tetap melakukan pengobatan hingga penyakitnya sembuh total dan dapat beraktivitas kembali.

Saat ini, di Indonesia kanker payudara menduduki peringkat dua untuk jumlah penderita setelah kanker mulut rahim. Sayangnya, penderita kanker payudara di Indonesia kerap berakhir dengan kematian. Rima memberikan tips sederhana, apabila istri, anak, atau saudara, bahkan kerabatnya menemukan sebuah benjolan tidak layak dalam tubuhnya maka segera periksakan ke dokter. “Ibu-ibu tolong jangan pergi ke mana-mana ketika mengetahui ada keanehan, langsung saja ke dokter,” imbaunya.

Sabtu, 19 Juli 2014

Kanker Payudara Di Usia Muda - Apakah Kanker Payudara Bisa Menyerang Wanita Muda ?

Gaya hidup modern yang serba-instan dan pola makan yang tidak sehat semakin terbukti menjadi pemicu berkembangnya penyakit mematikan. Kanker payudara misalnya, kini mulai menyerang wanita yang berusia di bawah 50 tahun. 



Kanker payudara yang sebelumnya banyak menyerang wanita paruh baya, kini mulai menjangkiti anak muda. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, wanita di bawah usia 50 tahun yang didiagnosis menderita kanker payudara pada tingkat rekor 27 hari mencapai 10.000 kasus per tahun untuk pertama kalinya. Bahkan, satu dari lima kasus sekarang melibatkan kaum hawa dalam kelompok usia ini. Sementara jumlah penderita juga terus menanjak di kalangan wanita yang lebih tua.

Para ahli kesehatan sangat yakin bahwa kenaikan penderita kanker payudara pada usia muda amat berkaitan dengan gaya hidup modern yang terbilang tidak sehat. Misalnya, sering minum alkohol, makan terlalu berlebihan, dan kurang berolahraga, serta kebiasaan-kebiasaan lain yang cenderung memicu pertumbuhan sel kanker.

Menurut Cancer Research Inggris, tren para wanita untuk menunda memiliki anak sampai usia 30-an dan 40-an, memiliki keluarga yang lebih kecil, dan menyusui untuk jangka waktu yang singkat, juga sejumlah faktor yang mendorong kenaikan risiko penyakit ini. Peningkatan penggunaan pil kontrasepsi kemungkinan juga memainkan peran dalam melonjaknya angka kanker payudara di kalangan anak muda.

Diketahui, kanker payudara membunuh sekitar 12.000 wanita setiap tahunnya, tetapi lebih dari waktu sebelumnya yang terus bertahan karena kemajuan dalam pengobatan. Pada wanita di bawah umur 50 tahun, angka kematian hampir setengahnya dalam 20 tahun terakhir. Chris Askew, Kepala Eksekutif Breakthrough Breast Cancer, mengatakan, meskipun kanker payudara lebih umum menyerang wanita lebih tua, peningkatan jumlah wanita muda yang didiagnosis dengan penyakit ini terus meningkat.

“Lebih banyak wanita dari sebelumnya yang bertahan yang merupakan berita besar, namun banyak wanita yang terkena kanker payudara dan kita harus berinvestasi dalam penelitian penting untuk pengobatan baru dan pencegahan penyakit,” kata Askew, seperti dilansir situs Dailymail.

Statistik yang dirilis Cancer Research Inggris menunjukkan bahwa sekitar 7.700 perempuan di bawah usia 50 tahun telah didiagnosis dengan kanker payudara pada 1995 di Inggris. Namun, angka tersebut meningkat menjadi 10.068 pada 2010. Peningkatan jumlah pasien kanker payudara pada wanita dari segala usia selama periode yang sama sekitar 18%. Pada wanita muda dengan riwayat penyakit kanker pada keluarganya meningkatkan risiko.

Para ahli juga prihatin tentang perubahan pola gaya hidup di kalangan wanita muda, seperti terlalu banyak berpikir, apakah kemudian memiliki anak atau tidak, yang justru meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Selain itu, kehamilan sebelum umur 30 tahun dan menyusui dapat menghentikan siklus menstruasi wanita seumur hidup sehingga dapat mengurangi eksposur keseluruhan untuk estrogen, suatu hormon yang mendorong sebagian besar tumor kanker payudara.

Penelitian sebelumnya memperlihatkan wanita yang menyusui selama enam bulan mengurangi risiko kematian karena kanker sebanyak 10%. Hal ini kemungkinan terjadi karena efek langsung pada sel-sel payudara yang membuat mereka lebih tahan terhadap kanker. Usia tetap merupakan faktor terkuat untuk mengembangkan kanker payudara dan dengan gaya hidup sehat sehingga memperkecil risiko pada usia berapa pun.

Para ilmuwan memperkirakan empat dari setiap 10 kasus kanker payudara di Inggris dapat dicegah melalui upaya untuk menjaga berat badan tetap ideal, mengurangi minum alkohol, dan menjadi lebih aktif secara fisik. Wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas memang memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Hal itu mungkin melalui perubahan kadar hormon seks yang dipicu oleh kenaikan berat badan.

Sementara itu, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Prof Dr dr Nila Moeloek SpM(K) menyebutkan sekitar 50% pengidap kanker di Indonesia, termasuk kanker payudara, berusia kurang dari 50 tahun. Gaya hidup yang tidak sehat, lagi-lagi disebut sebagai biang keladinya.

Menurut dia, perlu adanya kebijakan global, regional, dan nasional dalam mempromosikan pola hidup sehat yang dapat mengurangi penyakit kanker yang diakibatkan oleh konsumsi alkohol, rokok, nutrisi tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik. 

Wanita yang lebih muda umumnya tidak menganggap diri mereka  akan terkena risiko kanker payudara dan pada kenyataannya memang hanya di bawah 7% dari semua kasus kanker payudara terjadi pada wanita berusia di bawah 40 tahun. Namun, kanker payudara bisa menyerang pada usia berapa pun, tidak terkecuali anda yang masih berada di usia yang muda (dibawah 40 tahun).
Sebenarnya ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang wanita berada di lingkaran dengan resiko tinggi dapat mengembangakan kanker payudara, termasuk :
  1. Sebuah riwayat pribadi kanker payudara atau beberapa penyakit payudara non-kanker.
  2. Sebuah riwayat keluarga kanker payudara, khususnya pada ibu, anak, atau saudara perempuan anda.
  3. Sejarah terapi radiasi pada dada sebelum anda  berusia 40 tahun.
  4. Adanya bukti cacat genetik tertentu ,perempuan yang membawa cacat pada salah satu dari gen ini memiliki risiko lebih besar untuk mengembangkan kanker payudara.
Beberapa studi telah menyarankan bahwa penggunaan baru-baru ini (selama 10 tahun terakhir) dari kontrasepsi oral (pil KB) dapat menghasilkan penurunan risiko terhadap perkembangan kanker payudara  dibandingkan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral (pil KB). Meskipun harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari hasil penelitian sebelumnya agar dapat diketahui apakah adanya hubungan antara penggunaan pil Kb dengan hormon sintetis (estrogen dan progesteron / progestin) yang berperan dalam kanker payudara. Namun, terapi penggantian hormon estrogen dan progestin dengan telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi perkembangan kanker payudara.

Apa yang menyebabkan kanker payudara pada usia muda ?

Mendiagnosis kanker payudara pada wanita muda (di bawah 40 tahun) lebih sulit, karena jaringan payudara mereka umumnya lebih padat daripada jaringan payudara pada wanita yang di atas usia 40 tahun. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya deteksi dini dengan perubahan yang dirasakan pada payudara anda. Anda juga harus dapat membedakan perubahan kanker payudara pada saat anda sedang menstruasi, gejala PMS atau benjolan abnormal.
Selain itu, kanker payudara pada wanita muda (di bawah 40 tahun) mungkin menjadi agresif  karena biasanya wanita muda  tidak mempercayai adanya sel kanker yang berkembang di tubuhnya saat masa muda, sehingga pengobatan yang minim dapat mengembangkan pergerakan sel kanker. Wanita yang didiagnosis dengan kanker payudara pada usia muda lebih mungkin untuk memiliki bermutasi (berubah) ke arah yang perkembangan sel kanker. Penundaan dalam mendiagnosis kanker payudara juga merupakan masalah. Banyak wanita muda yang memiliki kanker payudara mengabaikan tanda-tanda peringatan, seperti benjolan payudara atau nipple discharge (perubahan pada puting dan sekitar puting) yang tidak biasa, karena mereka percaya bahwa mereka terlalu muda untuk mendapatkan kanker payudara.

Baca Juga

Kanker Payudara Dan Kehamilan : Apakah Penderita Kanker Payudara Aman Untuk Hamil

Untuk anda yang memiliki kehamilan di usia dua puluh tahun hingga tiga puluh tahun dan memberikan ASI eksekutif maka berbanggalah. Penelitian menemukan hal tersebut dapat membantu anda untuk mengurangi resiko terkena kanker payudara. Hormon estrogen yang berperan sebesar 80% dari semua kanker payudara dapat dikurangi dengan adanya kehamilan dan menyusui.


Bagaimana Kehamilan Membantu Mencegah Kanker Payudara?

Payudara berkembang selama masa pubertas, ketika tingkat hormon yang berubah dengan cepat dan pematangan tubuh. Sel jaringan payudara mencapai kematangan lengkap setelah kehamilan. Payudara Anda belum matang dari siklus menstruasi pertama dengan kehamilan pertama Anda. Penelitian yang dilakukan bahwa sel-sel payudara matang menawarkan perlindungan terbaik terhadap perubahan kanker. Sebuah hormon yang dihasilkan selama kehamilan, human chorionic gonadotropin (hCG), menyebabkan sel-sel payudara untuk tumbuh dan melindungi perkembangan kanker di masa depan. Hormon kehamilan hCG sebenarnya menyebabkan perubahan genetik permanen pada kelenjar susu anda, dan perubahan genetik dapat membantu mencegah kanker payudara.
Selama kehamilan, sel-sel janin diproduksi dan sel-sel  janin tersebut kemungkinan akan tinggal di sirkulasi perifer anda untuk waktu yang lama setelah kehamilan. Kemampuan sel-sel akan terus menerus berada di dalam aliran darah anda  atau disebut juga microchimerism janin (FMC). Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sel-sel janin dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara. Sel-sel janin dapat menyebabkan efek perlindungan  sehingga mengakibatkan peningkatan sistem kekebalan tubuh untuk mewaspadai dan menghancurkan sel kanker.

Bagaimana wanita hamil yang terdeteksi kanker payudara?

Kanker payudara kadang-kadang terdeteksi (ditemukan) pada wanita yang sedang hamil atau baru saja melahirkan.  Pada wanita yang sedang hamil atau yang baru saja melahirkan, kanker payudara paling sering terjadi antara usia 32 dan 38. Mungkin sulit untuk mendeteksi (menemukan) dini kanker payudara pada wanita hamil atau menyusui, payudara yang sering tekstur lembut dan bengkak. Wanita yang sedang hamil, menyusui, atau baru saja melahirkan biasanya memiliki tekstur lembut dan payudara bengkak. Hal ini dapat membuat benjolan kecil sulit untuk dideteksi dan dapat menyebabkan keterlambatan dalam mendiagnosis kanker payudara. Karena penundaan ini, kanker sering ditemukan pada tahap berikutnya. Untuk mendeteksi kanker payudara, wanita hamil dan menyusui harus memeriksa payudara mereka sendiri, baik secara medis atau non medis(sendiri).

Tes yang memeriksa payudara digunakan untuk mendeteksi (menemukan) dan mendiagnosa kanker payudara adalah sebagai berikut : 

1.  Pemeriksaan fisik dan sejarah. Sebuah ujian tubuh untuk memeriksa tanda-tanda kesehatan umum, termasuk memeriksa tanda-tanda penyakit, seperti gumpalan atau hal lain yang tampaknya tidak biasa. Sebuah sejarah kebiasaan kesehatan pasien dan penyakit masa lalu dan perawatan juga akan diambil.

2.  Klinis pemeriksaan payudara (CBE). Sebuah pengujian payudara oleh dokter atau profesional kesehatan lainnya. Dokter akan hati-hati merasakan payudara dan di bawah lengan untuk benjolan atau hal lain yang tampaknya tidak biasa.

3.  MRI (magnetic resonance imaging). Sebuah prosedur yang menggunakan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk membuat serangkaian gambar detil dari daerah di dalam tubuh. Prosedur ini juga disebut magnetic resonance imaging nuklir (NMRI).

4.  Uji USG: Sebuah prosedur di mana gelombang suara energi tinggi (ultrasound) yang memantul jaringan internal atau organ-organ dan membuat gema. Gema membentuk gambar dari jaringan tubuh yang disebut sonogram.

5.  Mammogram: X-ray payudara. Mammogram dapat dilakukan dengan sedikit risiko terhadap janin. Mammogram pada perempuan hamil mungkin tampak negatif meskipun kanker hadir.

Pasien Kanker Payudara Aman untuk Hamil


Ketakutan sering menyertai perempuan yang terkena kanker payudara. Mereka takut tidak diperbolehkan lagi untuk hamil dan mempunyai keturunan.

Sebelumnya, para dokter khawatir bahwa kehamilan bisa meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh, dan bisa menyebabkan kanker tersebut berkembang lagi. Estrogen adalah hormon seks perempuan yang merangsang beberapa jenis kanker payudara tumbuh dengan memicu protein tertentu (reseptor) pada sel kank
er.

Namun, penemuan baru yang dipresentasikan di European Breast Cancer Conference di Wina, menyatakan perempuan diperbolehkan hamil, bahkan dalam dua tahun pertama setelah diagnosis kanker payudara diketahui.

Ahli onkologi medis dari the Jules Bordet Institute di Brussel, Dr Hatem Azim Jr, mengatakan penelitiannya dari 1.000 perempuan yang mengalami kanker payudara, sepertiganya diperbolehkan hamil. “Dan hasilnya tidak ada bedanya,” ujarnya seperti dilansir dari Dailymail, Sabtu (24/3).

Ia menambahkan, sering ketika wanita dengan riwayat kanker payudara hamil, beberapa dokter menyarankan mereka untuk melakukan aborsi karena takut menyelesaikan kehamilan bisa memiliki efek yang merugikan pada hasil penyakit mereka. “Kami menemukan bahwa ini tidak benar dan hasilnya adalah sama, terlepas dari nanti sang perempuan bisa melahirkan dengan sukses atau tidak,” jelas Azim.

Menurutnya, aborsi tidak boleh disarankan untuk alasan terapeutik pada pasien dengan kondisi seperti ini. “Dokter harus meyakinkan bahwa kehamilan setiap saat setelah diagnosis kanker payudara aman, terlepas dari status ER,” paparnya.

Pejabat senior dari Breakthrough Breast Cancer, Dr Rachel Greig, mengatakan penelitian ini mungkin menawarkan jaminan kepada pasien kanker payudara yang ingin memiliki bayi setelah menyelesaikan pengobatan mereka. “Ini menunjukkan bahwa kebanyakan wanita yang hamil setelah kanker payudara tidak mengalami peningkatan risiko terserang kanker itu lagi,” ujarnya.

Namun, ia menyarankan jika pun ingin mempunyai keturunan dan padahal punya riwayat terkena kanker payudara, lebih baik dikonsultasikan dulu dengan dokter, agar bisa terkontrol.

Baca Juga


Kanker Payudara Di Indonesia

Kanker Payudara Di Indonesia. Kanker Payudara merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.  Menurut World Cancer Report  2008, kanker payudara merupakan kanker yang paling sering ditemukan pada satu diantara lima perempuan di dunia.  Di Indonesia, dari data registrasi kanker, penyakit ini menduduki urutan pertama diikuti kanker mulut rahim, baik dilihat dari segi kekerapan maupun dari sudut angka kematian.  Sayangnya kanker payudara di Indonesia sering ditemukan pada stadium yang sudah lanjut padahal kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan klinik dan mamografi.  
 
Masyarakat kita membutuhkan pelayanan terhadap penyakit kanker yang lengkap dengan biaya terjangkau karena penanganan pasien kanker payudara memerlukan peralatan2 kedokteran, fasilitas, serta obat-obatan yang mahal.  Sesuai dengan perkembangan penyakit kanker payudara di Indonesia, dirasakan perlu mendirikan sebuah yayasan sosial yang dapat memberikan pelayanan konseling, edukasi dan informasi terpadu, nyaman serta dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
Dengan melihat kebutuhan masyarakat akan pelayanan informasi dan keinginan untuk membantu  pengobatan yang sangat mahal kepada para perempuan, terutama di Jakarta, yang terkena kanker payudara, maka pada tahun 2003, Ibu Linda Agum Gumelar meminta Dr.Sutjipto, Sp.B(K)Onk, untuk memikirkan model yayasan yang mempunyai misi untuk memberi edukasi mengenai pentingnya deteksi dini penyakit kanker payudara kepada masyarakat perempuan terutama di Jakarta dan sekitarnya maupun bantuan pengobatan kepada mereka yang terkena kanker payudara.  
Setelah meminta nasihat dari beberapa mantan penderita kanker serta beberapa dokter dalam bidang penyakit kanker, khususnya kanker payudara maka pada tahun tersebut dibentuklah tim untuk menyusun usulan pendirian yayasan sosial yang bergerak khusus dibidang penyakit kanker payudara.
Setelah selesai usulan tersebut  dan setelah disampaikan kepada ibu Linda Agum Gumelar untuk mendapat persetujuannya maka pada tanggal 19 Agustus 2003 terbentuklah Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta yang bersifat nir-laba dan yang merupakan mitra dari pemerintah Republik Indonesia dan yang akan bekerja sama dengan organisasi sosial lainnya, institusi pemerintahan dan swasta.  Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ)  mempunyai misi dan fungsi untuk memberikan pelayanan informasi mengenai bahaya penyakit kanker payudara kepada masyarakat perempuan khususnya di Jakarta dan sekitarnya dan juga membantu pengobatan yang merata bagi masyarakat, khususnya bagi pasien yang menderita kanker payudara.  

Kanker Payudara Di Indonesia
 

Kementerian Kesehatan (Kemkes) mencatat dari sekian banyak kanker yang menyerang penduduk Indonesia, kanker payudara tertingi kasusnya di seluruh Rumah Sakit (RS).

Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemkes, dr Ekowati Rahajeng, mengungkapkan permasalahan kanker di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu sumber dan prioritas penanganannya terbatas. Penanganan penyakit kanker di Indonesia menghadapi berbagai kendala yang menyebabkan hampir 70% penderita ditemukan dalam keadaan sudah stadium lanjut.
Di antaranya masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker. Ini terkait dengan umumnya orang mempercayai mitos. Misalnya, bahwa kanker tidak dapat dideteksi, tidak bisa dicegah dan disembuhkan.

"Pada kenyataannya dengan perkembangan teknologi saat ini kanker bisa dideteksi dini. Kanker juga bisa dikatakan sebagai penyakit gaya hidup karena dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat dan menjauhkan faktor risiko terkena kanker," kata Ekowati dalam temu media tentang Hari Kanker Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 4 Februari.

Baca Juga

Bagaimana Cara Mendeteksi Dini Kanker Payudara

Ada berbagai cara dalam mendeteksi dini kanker payudara, berikut kami akan menjelaskanya untuk anda


Bagaimana Cara Mendeteksi Dini Kanker Payudara

1. Angkat kedua tangan ke atas selama 20detik/hitungan,lalu turunkan. Coba rasakan sekitar ketiak dan pangkal lengan. Apakah terjadi rasa ser ser/semutan? Jika YA asa gejala kanker payudara.

2. Tekan puting susu kedalam sekeras kerasnya dengan menggunakan jempol selama 20detik/hitungan,lalu lepas. Rasakan apakah ada rasa hangat2 kuku disekitar lingkar payudara,jika YA terdapat gejala kanker payudara,segera periksakan diri anda ke dokter.

3.Tangan kiri memegang telinga kanan melalui atas kepala dan tangan kanan memegang payudara kiri,putar 2 kali searah jarum jam (lakukan dgn menggunakan minyak /sabun/lotion) lalu pencet puting, apakah keluaran cairan (bisa berupa air/nanah/darah/asi) jika ya ada gejala kanker payudara segera periksakan anda ke dokter lakukan gerakan yg sm untk payudara kanan,

4.Angkat kedua tangan keatas selama 20detik/hitungan lalu turunkan (dilakukan didepan kaca) coba liat di kaca apakah salah satu/keduanya puting susu ada yg masuk kedalam (kecuali bawaan lahir) ? Bila terjadi berarti ada gejala kanker payudara segera periksa ke dokter.

5.Tidur terlentang diatas tempat tidur dgn posisi tangan lurus ditas kepala dan kaki lurus. Lakukan selama 10 menit. Apabila tangan pegal atau tdk kuat berarti ada gejala kanker payudara.segera periksa ke dokter.

6. Jongkok seperti di wc (jangan jinjit) dgn kedua kaki rapat. Hitung 20 detik/hitungan lalu berdiri. Disisi kiri dan kanan pinggang sakit sampai menusuk kebelakang? Jika terjadi berarti ada gejala KISTA. Rasakan juga apakah ada rasa sakit 4cm dibawah pusar? Bila ya ada gejala kanker indung telur. Segera periksa ke dokter.

7.Dengan menggunakan kaca atau camera hp,lihat bagian dalam liang vagina anda. Bila hitam seperti lingkar payudara berarti sehat.Bila tidak berarti ada gejala kanker leher rahim. 

Bisa Juga

Periksa Payudara Sendiri (Sadari)
Lakukan ini di depan cermin.  Angkat kedua lengan ke atas, dorong siku ke depan dan ke belakang. Setelah itu, posisikan kedua tangan pada pingang, condongkan bahu ke depan. Cermati bentuk dan ukuran payudara.
Pemeriksaan lain, raba payudara dengan ujung jari tangan kanan. Cermati seluruh bagian payudara hingga ketiak. Cubit area puting, konsultasikan jika terdapat cairan yang keluar dari puting.
Setiap melakukan tahapan, perhatikan bentuk dan ukuran payudara. Jika terdapat masalah, diskusikan ini ke dokter. Lakukan pemeriksaan sendiri  7-10 hari setelah menstruasi. Lakukan setiap 1-3 bulan sekali.

Pemeriksaan klinis
Dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Dokter akan memeriksa jika terdapat benjolan pada payudara. Pemeriksaan ini direkomendasikannuntuk dilakukan 1-3 tahun sekali.

Mammografi
Pemeriksaan menggunakan sinar x dosis rendah oleh dokter spesialis radiologi. Mammografi memungkinkan dokter melihat perubahan jaringan payudara secara dekat atau yang tidak teraba, saat melakukan pemeriksaan secara fisik.

Ultrasonografi (USG)
Direkomendasikan untuk wanita berusia 35 tahun ke bawah karena jaringan payudaranya masih padat. Ketika di masa-masa ini, mammografi tidak bisa memeriksa payudara secara efektif. USG juga memandu pengambilan sampel cairan jaringan payudara, sebelum dilakukan operasi. 
 
Baca Juga

Apakah Kanker Payudara Bisa Sembuh Total ?

Berikut Kisah Perjuangan Ibu Ika Yang Sembuh total dari kanker payudara

Setelah divonis mengidap kanker payudara, mental Ika Damajanti (32) langsung jatuh. Apalagi mendadak wajah wanita jelita itu menjadi hitam dan rambutnya pun rontok. Berkat dukungan suami tercinta, manajer Public Relation (PR) di sebuah hotel bintang lima di Surabaya ini berhasil melewati masa-masa sulit. Ditemani suami tercinta Iwan Sedijotomo (35), Ika menceritakan pengalamannya

Sama sekali aku tak pernah bermimpi bakal dapat cobaan yang cukup berat. Diam-diam, di payudaraku bersemayam bibit kanker ganas yang kalau tak segera diangkat, nyaris saja merenggut nyawaku. Tak kupungkiri, semua ini bisa dikata karena keteledoranku. Aku sok menggampangkan kesehatan. Nah, lewat pengalamanku, aku meminta kepada siapa pun, jangan sekali-kali mere-mehkan penyakit yang satu ini.

Sejak menikah tahun 2000, aku tak satu rumah dengan suamiku, Mas Iwan. Waktu itu, aku bekerja di salah satu stasiun teve swasta di Jakarta, sedangkan suamiku bekerja sebagai manajer pemasaran di salah satu rumah sakit internasional di Surabaya. Nah, saat itulah terkadang ada rasa nyeri di payudara kananku. Biasanya tak lama kemudian sirna. Aku menduga biasa saja.

Sebenarnya suamiku sudah menyarankan agar aku periksa ke dokter. Namun, aku sepelekan. Aku menganggap bukan penyakit serius. Sampai akhirnya, rasa sakit semakin sering terjadi. Kala itu, aku sudah pindah ke Surabaya untuk mendampingi Mas Iwan. Mertua dan suamiku menyarankan aku periksa ke klinik onkologi, yang khusus menangani kanker.

TARUHAN NYAWA
Beberapa hari kemudian aku datang ke sana. Aku ditangani oleh dokter Ario Djatmiko, salah seorang dokter yang cukup senior. Waktu datang aku masih tenang saja. Aku masih tetap yakin tak mengidap kanker seperti yang kami duga sebelumnya.
KLIK - Detail
Apalagi, saat pemeriksaan dilakukan, aku sempat baca brosur tentang kanker payudara. Di brosur itu disebutkan salah satu ciri kanker payudara. Selain kulit payudara jadi keriput seperti kulit jeruk, dari puting keluar cairan yang mirip nanah. Sementara, payudaraku tak ada tanda-tanda seperti itu.

Usai periksa aku masih tenang. Hasilnya baru ketahuan beberapa hari kemudian untuk menunggu hasil laboratorium. Dua hari kemudian, aku datang lagi untuk mengetahui hasilnya. Karena Mas Iwan sibuk di kantor, aku diantar ibu mertua. Entah kenapa, dokter tak menunjukkan hasilnya. Ia minta suamiku sendiri yang mesti mendampingi aku.

Segera kutelepon Mas Iwan yang masih di kantor agar segera menemani aku. Beberapa saat kemudian, Mas Iwan ke klinik. Hasil laboratorium ditunjukkan kepada kami. Dokter menjelaskan, payudaraku sebelah kanan, terdapat kanker ganas sebesar 2,5 cm. Dengan kondisi itu dokter mengklasifikasikan dalam stadium 2A.

Dokter minta agar segera dilakukan operasi. Kalau tidak, dipastikan kanker tersebut akan merembet ke organ-organ yang lain. Kalau sudah begitu, nyawa taruhannya. Mendengar vonis dokter, rasanya tubuhku tak bertulang. Batinku bergejolak tak karuan. Tanpa terasa air mataku sudah meleleh membasahi pipi.

Aku hanya diberi waktu empat hari untuk berpikir. Dokter menjelaskan, usai operasi bentuk payudara pasti akan berubah, tidak seperti sediakala. Bahkan, bisa jadi untuk menutup lubang bekas kanker, nanti bisa diambilkan dari otot di punggung. Hatiku benar-benar menangis mendengar ucapan dokter.

OPERASI BERJALAN LANCAR
Rasanya aku tak terima tubuhku tak sempurna lagi. Apalagi usia perkawinanku belum genap setahun. Ibaratnya aku belum puas menikmati bulan madu, masak bagian tubuhku yang paling berharga harus diangkat sebagian. Memang operasi itu demi menyelamatkan nyawaku, namun aku belum bisa menerima kenyataan. Bagian itu adalah mahkota bagi wanita.

KLIK - Detail Saat dalam perjalanan di dalam mobil, hatiku seperti dicabik-cabik. Air mata rasanya tak bisa berhenti menetes. Untung Mas Iwan tampak berusaha tenang meski kegelisahan juga terlihat di wajahnya. Yang membuatku heran, suami justu mendukung operasi. Dia sama sekali tak mempersoalkan bagaimana kelak bentuknya. Dia hanya berharap aku tetap selamat.

Sampai di rumah aku terus menangis. Aku tak mengerti kenapa diberi penyakit seperti ini. Sampai-sampai aku merasa ini bukan cobaan, tapi hukuman dari Tuhan. Siang malam aku tak pernah berhenti berdoa. Di saat seperti itu, suamiku kembali menguatkan batinku. Dia memberi dukungan penuh, agar aku tak ragu-ragu lagi untuk dioperasi. Dia mengatakan, nyawaku adalah segala-galanya.

Dukungan Mas Iwan yang begitu kuat, sedikit-demi sedikit menguatkan mentalku. Pada hari ketiga, aku sudah benar-benar mantap memutuskan untuk operasi. Namun, sehari menjelang operasi, aku masih punya tugas berat yaitu memberi tahu orang tua di Jakarta yang akan ke Surabaya. Mereka memang tahu aku mau operasi, tapi mengira hanya operasi ringan. Mereka juga akan menemaniku.

Malam menjelang operasi, bersama Mas Iwan, aku temui orang tua di hotel. Seperti yang kuduga sebelumnya, Papa dan Mama terkejut mendengar pengakuanku. Tapi, mengetahui
aku menyampaikan dengan perasaan tenang dan tak emosi, mereka bisa menerima.

Tepat tanggal 1 November 2000 pagi, aku masuk ruang operasi. Singkat cerita, operasi berjalan lancar. Berkat kemurahan Tuhan, operasi berjalan sekitar 3 jam, lebih cepat dari yang ditentukan semula yakni 4 jam. Aku cuma sehari menginap di sana. Selanjutnya, perawat datang ke rumah untuk membersihkan luka bekas operasi.

Jadi tidak usah khawatir karena kanker payudara bisa sembuh total

Lihat Juga

Bolehkah Menyusui Bagi Penderita Kanker Payudara

Bolehkah Menyusui Bagi Penderita Kanker Payudara ?
Memberikan ASI merupakan mimpi bagi ibu melahirkan yang peduli akan kesehatan anaknya. Namun, bila menderita tumor atau kanker payudara, boleh ibu menyusui bayinya dengan ASI?

Menurut dr. Utami Roesli, Sp.A, pakar laktasi dari RS Sint Carolus Jakarta, bila ibu yang baru melahirkan menderita tumor atau kanker payudara, dia tidak boleh menyusui bila mendapatkan pengobatan.

Namun, bila tidak menjalani pengobatan, sang ibu boleh menyusui bayinya dengan ASI.

 “Sebab, yang berbahaya itu obatnya, bukan tumor atau kankernya. Tumor atau kanker, kan, letaknya di luar saluran ASI, jadi tidak ada hubungannya dengan ASI,” katanya

Dokter anak yang juga disebut sebagai Pejuang ASI ini mengatakan, ia adalah seorang survivor kanker payudara. Dulu, tuturnya, setelah melahirkan anak, ia tetap menyusui bayinya karena ia tidak menjalani pengobatan. “Jadi, silakan saja menyusui kalau tidak mendapatkan pengobatan untuk tumor atau kankernya.”

Menurut dr. Utami Roesli, SpA, pakar laktasi, ibu dengan kanker payudara bisa saja menyusui anaknya. Pasalnya kanker mungkin berada bukan pada sel-sel pembuat ASI. Hanya saja, diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Pertama, ibu tidak dalam pengobatan dengan obat-obatan. Utami mengatakan, obat-obatan mengalir dalam darah yang bisa terlarut juga dalam ASI. Sehingga pemberian ASI ke bayi mungkin akan memberikan efek obat.

"Jika pengobatan bersifat radiasi, asalkan tidak saat mendapat terapi, ibu boleh saja menyusui," tuturnya.
Selain terapi radiasi, pengobatan yang bisa dilakukan untuk kanker payudara adalah lumpektomi. Karena pengobatan ini sifatnya yang tidak terlalu ekstensif sehingga tidak mempengaruhi kemampuan untuk menyusui.

Namun keadaan fisik ibu yang memiliki kanker payudara berbeda-beda sehingga membutuhkan konsultasi secara khusus pada dokter yang memeriksa. Apabila sel kanker mempengaruhi produksi ASI, maka diperlukan cara lain agar anak tetap mendapat ASI.
Sebagai alternatif, ibu dapat memberikan ASI dari payudara yang tidak terkena kanker. Dikhawatirkan produksi ASI lebih sedikit di payudara yang terkena kanker.
Utami mengatakan, ASI dapat memberikan kekebalan alami bagi bayi. Sehingga bayi dapat terhindar dari penyakit-panyakit, termasuk kanker di kemudian hari. Maka kanker yang diderita ibu, tidak akan menurun ke anak.

"Bahkan apabila ibu terkena infeksi ringan seperti influenza, ibu tidak akan menularkan bayi yang disusuinya berkat kekebalan alami yang dimiliki ASInya," imbuhnya.

 Lihat Juga
Posting Lama ►
 

Footer1

FOOTER 2

Footer 3

Copyright 2013 Info Kanker Payudara Template by CB Blogger Template. Powered by Blogger