Kamis, 17 Juli 2014

Pengalaman Penderita Kanker Payudara Stadium 4 Yang Bisa Sembuh


Kanker Payudara Stadium 4. Baru mendengar kata kanker saja, banyak orang terperangah. Apalagi stadium 4. Pasti terbayang berbagai hal yang menyeramkan.
Aku pernah menerima telepon dari seorang kawan yang sudah sekian lama tak bertemu dan tampaknya ia baru mendengar kabar kalau aku terserang kanker. Ia tahu aku tetap bekerja. Lalu ia bertanya, naik apa aku ke kantor.
Mula-mula aku agak heran mendengar pertanyaan itu. Tapi aku langsung maklum…. Pastilah ia menyangka kalau aku tak lagi dapat mengendarai mobil sendiri seperti dahulu. Padahal keadaan tak berubah. Aku masih mengendarai sendiri mobil lamaku, Suzuki Baleno hitam yang sudah setia menemaniku selama bertahun-tahun. Dari dulu aku memang tak pernah berniat memakai sopir.
Mendengar jawabanku, ia terdiam. Mungkin ia tidak percaya.
“Emangnya kamu kira aku sekarang sudah seperti nenek-nenek tua renta yang kemana-mana mesti pakai kursi roda, ya?” kataku bergurau.
Dari ujung telepon, aku mendengar ia tertawa tersipu.
“Aku punya teman, stadium 3 dan dia itu……” Entah kenapa, tidak meneruskan kalimatnya.
Aku sendiri baru tahu kalau keadaanku sekarang dikategorikan sebagai stadium 4 dari dokter Tan Sing Huang di National University Hospital. Tadinya aku menyangka kalau aku ini masih stadium awal karena aku tidak merasa sakit sama sekali. Oh ya, pernah sih, sakit sedikit, nyeri di dada sebelah kanan, tapi sakitnya tak berlangsung lama, hanya 2 hari, di bulan Maret 2007.
Menurut dokter, aku termasuk stadium 4 karena kanker yang tadinya menyerang payudara sekarang sudah menjalar ke tulang. Tapi tentu saja itu bukan berarti bahwa aku menjadi tak berdaya.
“A woman with breast cancer, be it stage 2, 3 or 4 can still lead happy and productive lives,” katanya.
“Different stages of breast cancer just affects the prognosis and treatment aims and each person can feel good or bad regardless of stage,” dokter perempuan yang usianya baru 30-an tahun itu menjelaskan dengan sabar.
“It all depends on the individual and her outlook and willpower!”
Kanker memang sulit disembuhkan. Tapi bukan berarti tak ada harapan. Bulan Otober 2007 berbagai media dunia memberitakan penurunan tingkat kematian akibat kanker dari tahun ke tahun.
Berikut cuplikannya:
According to the World Health Organization, more than 1.2 million people will be diagnosed with breast cancer each year worldwide and over 500,000 will die from the disease. The American Cancer Society estimates that 180,510 new cases of invasive breast cancer will be diagnosed in 2007. (But) Breast cancer death rates have been dropping steadily since 1990, according to the Society, because of earlier detection and better treatments. (berita lengkapnya ada di Internet….)
Terkena kanker tak harus berarti akhir dari segalanya.
Pada awalnya aku memang sempat stres juga, dan kurasa itu wajar saja. Setelah mastektomi bulan Desember 2005 dan kemoterapi selama 6 x, keadaanku semakin membaik. Dan hasil pemeriksaan lab menunjukkan bahwa sudah tak ada lagi sel-sel kanker di tubuhku. Horee….
Tapi bulan April 2007 aku kaget ketika mengetahui bahwa kanker kambuh dan bahkan telah menyerang tulang. Sedih. Tapi aku tak boleh larut dalam kesedihan. Itu tak ada gunanya. Aku bersyukur karena masih dapat bekerja seperti biasa. Aku bahkan bekerja lebih keras sekarang! Mau tak mau memang mesti kerja keras untuk membeli obat. Yach, dari satu sisi ini bagus karena menunjukkan bahwa kanker tidak mempengaruhi kompetensiku, kemampuanku dan kinerjaku. Tapi di sisi lain, ini tidak bagus karena kadang-kadang hanya tersisa sedikit waktu untuk bersantai.
Bersantai itu perlu untuk bisa tetap sehat dan senang. Membuatku bisa berpikir jernih dan positif. Aku ingat, ada yang berkata: “Live is not always fair, but it is still good…”

Baca Juga

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Footer1

FOOTER 2

Footer 3